Terbitkan Bukumu, Catatkan Sejarah
Membaca sebuah buku artinya kita
berkomunikasi atau berbicara dengan orang-orang bijak masa lalu. Pasti setiap
orang pengen dikenang dalam sejarah. Apa yang dapat kita tinggalkan agar dapat
dikenang? Yaitu dengan meninggalkan sebuah buku yang bisa dibaca sepanjang
masa. Mungkin orang tidak mengenal kita secara langsung, tetapi dengan membaca
tulisan kita seolah-olah mereka bertemu kita atau minimal mengenal kita lewat
tulisan itu.
Membuat sebuah buku berbeda dengan
menerbitkan buku. Membuat buku bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi
menerbitkan buku akan menjadi sesuatu yang luar biasa apalagi oleh penerbit
besar adalah sebuah akibat dari karya yang terbaik. Dan ini bukan hanya menjadi
tujuan tetapi sekaligus sebagai tantangan untuk bagaimana kita bisa menuangkan
pikiran dan perasaan kita agar dapat dikenang sepanjang masa.
Penulis dalam membuat sebuah buku
tentunya sangat membutuhkan hadirnya pembaca. Sebuah buku yang baik adalah buku
yang memang dibutuhkan dan menjawab permasalahan yang saat ini sedang terjadi.
Sehingga kita harus memulai membuat sebuah karya dan mengasahnya menjadi sebuah
intan atau berlian yang bermanfaat bagi masyarakat. Memang bukan pekerjaan yang
mudah, tetapi ketika kita mulai dengan niatan yang kuat dan didukung dengan
kesungguhan ini bukan suatu yang mustahil. Artinya setiap kita diberi
kesempatan yang sama, tinggal kita mau atau tidak memanfaatkan kesempatan itu.
Ada 4 R yang dapat kita lakukan dalam
menulis buku :
1. Renjana
/ passion
Di mulai dari sesuatu yang menarik
buat kita, sesuatu yang mudah dan menyenangkan ketika kita melakukannya.
Sesuatu itu adalah satu hal yang kita kuasai dengan baik. Atau kita pernah melakukan hal tersebut
dan sukses. Bukan sesuatu yang dipaksakan. Misalnya kita merasa nyaman dan
senang menulis sebuah novel, kemudian ide-ide itu mengalir dengan sendirinya
dan kita merasa enjoy, maka disitulah renjana kita. Bisa juga bagi yang suka
berburu makanan atau suka travelling, kita bisa menuliskan cerita itu dengan
runtut dan santai tanpa pkasaan disitulah passion kita. Karena ketika menulis
itu dipaksakan pasti hasilnya kurang maksimal bahkan bisa mengalami kegagalan.
2. Rutin
Rutin di sini bukan hanya rutin
menulis saja, tetapi juga harus rutin membaca. Karena dengan membaca sesuatu,
kita menyampaikan kembali dalam bentuk tulisan yang hampir sama atau menulis
lainnya untuk melengkapi atau pengembangan. Tetapi kalau hanya mendengar, kita
akan menyampaikan kembali dengan lisan. Bagimana agar kita bisa rutin menulis ?
Tentunya harus menyiapkan waktu khusus dan tempat khusus agar kita ter-frame
atau terkondisi untuk menulis. Misalnya kita tentukan tempat khususnya di ruang
belajar atau di kamar, nah ketika kita berada disitu selalu tergerak untuk
menulis tentang apapun.
“ Orang yang memendam
akan kalah dengan orang yang mengungkapkan dan orang yang menunggu akan kalah
dengan orang yang melakukan.”
3. Review
Saat kita sedang menulis biarkan
tulisan itu mengalir dulu apa adanya. Setelah kumpulan tulisan itu jadi atau
disatukan baru kita lakukan review. Jangan menjadi review sendiri tapi usahakan
mencari review dari pembaca yang akan kita sasar. Dan jangan alergi dengan feedback
yang negatif, ini dapat kita gunakan untuk memperbaiki tulisan kita. Karena
bisa jadi pembaca menemukan sisi kekurangan kita saat menulis atau bahkan
menambahkan sesuatu pada tulisan kita, sehingga tulisan itu bisa lebih baik dan
sempurna.
4. Ruang
bagi pembaca
Fase ini memberikan kesempatan
pembaca mencermati tulisan kita. Berikan ruang bagi mereka untuk menyampaikan
sesuatu yang mungkin tidak kita pikirkan atau memberikan masukan dari sudut
pandang yang lain.
Apakah
kita harus melalui tahapan 4R itu agar buku yg diterbitkan berkualitas?
Tidak selalu seperti itu. Ini
dirangkum dari pengalaman penulis yang hebat yang sudah menerbitkan banyak buku
dan disukai. Mereka akan menulis yang betul-betul sesuai dengan renjananya lalu
terbiasa menulis (rutin). Pada awal menulis buku, jangan kita dipusingkan
dengan editing dan lain-lainnya yang nanti justru akan menghambat jadinya
sebuah naskah. Tapi setelah itu, baru dilakukan review berulang .
Seringkali bahkan naskah final sangat
berbeda dari naskah awalnya, kekuatannya di review ini. Untuk ruang pembaca,
tujuan kita menulis adalah untuk dibaca jadi perlu mendengar masukan dari
pembaca juga. Tapi jangan sampai kita juga hanyut menulis hanya untuk memenuhi
kebutuhan pembaca, nanti tidak timbul kebahagiaan.
Bagaimana
teknis / langkah mengubah tulisan darr best practice menjadi tulisan populer?
Banyak buku-buku yang sekarang best
seller adalah buku-buku ilmiah tapi disajikannya dalam bentuk populer tidak
penuh dengan data-data yang memusingkan. Sebaiknya kita membaca contoh buku-buku
populer yang berdasarkan pendekatan ilmiah. Dari buku-buku ini yang saya
perhatikan mereka akan membahas "permasalahan" lalu
"jawabannya" dengan sedikit-sedikit memasukkan teori-teori pendukung.
Jadi yang dibahas bukan teroinya, ada unsur emosi kuat yang dibangun sehingga
ada konektivitas dengan pembaca.
Bagaimana
kita mengetahui passion kita dengan mudah?
Memang ada orang-orang yang dari awal
sudah tahu apa bidang menulis yang akan digelutinya dan ada juga yang butuh
waktu. Cara paling ampuh adalah dengan terus menulis, nanti akan kelihatan
kecenderungan kita. Bahkan, dengan mengumpulkan bank tokoh, situasi, pengalaman
ke dalam bentuk rekaman/tulisan pun nanti akan terlihat apa yang menjadi
renjana kita. Kita bisa lihat dari bank yang sudah kita kupulkan, apa sih yang
menarik untuk kita yang mendorong kita untuk mengungkapkannya, nah itulah
renjana kita. Cara lain paling mudah mengetahuinya adalah dengan melihat mana
tulisan yang paling cepat saya selesaikan dan kita merasa mudah.
Bagaimana
memanage 4 R ini agar menjadi sebuah kesatuan utuh untuk saling melengkapi
dalam menulis?
Lakukan itu kuncinya, dengan
melakukan maka saya yakin Bapak akan menemukan polanya tersendiri. Yang perlu
diingat adalah di awal, tulis dulu apa yang mudah untuk kita, tapi perlu
dipaksakan juga agar menjadi rutinitas. Dengan begitu kita akan sangat
terbiasa. Saat ingin dipublish ke orang lain, maka perlu dilakukan review
berulang-ulang. Jangan lakukan review saat menulis di awal, karena nanti tidak
akan jadi karya krn kita berkutat dengan banyak hal.
Apakah
seorang penulis harus fokus pada satu passionatau genre agar tulisannya betul-betul
baik?
Sebagai penulis awal, tulis dulu
sesuatu yang mudah bagi kita, yang sesuai dengan renjana kita, yang kita senang
saat menuliskannya. Ini gunanya untuk memberi reward terhadap diri sendiri.
Dengan jadinya naskah yang kita sukai, itu akan menjadi bahan bakar bagi kita
untuk terus menulis. Jika di awal kita sudah tidak cukup motivasinya, maka akan
terhmbat, Tulislah sesuatu yang betul-betul pikiran atau kata hati kita yang
ingin disampaikan ke orang lain. Selanjutnya, kita menyesuaikan diri dan bisa
menulis dengan genre apapun, tentu dengan latihan dan pembiasaan. Bahkan kita
pun harus bisa menulis sesuai dengan kebutuhan pembaca. Ini yang nantinya perlu
dikuasai setelah kita menguasai sedikit hal yang menjadi kekuatan utama kita.
Agus Purwadi
SMP N 4 Ponjong
Comments
Post a Comment