Proses Menerbitkan Buku Ajar
PROSES MENERBITKAN BUKU AJAR
Dalam
penerbitan buku prosesnya diawali dengan penulis yang mempunyai naskah sampai
buku ada di pasaran bahkan sampai dibaca oleh para pembacanya. Proses yang akan
dibahas dengan alur 4 pelaku yaitu penulis. Penerbit, penyalur dan pembaca.
Kita asumsikan bahwa penulis sudah berhasil membuat naskah dan kita bahas mulai
dari bagaimana penerbit memproses naskah menjadi sebuah buku.
Naskah
yang sudah jadi akan dinilai oleh penerbit untuk diputuskan apakah naskah
tersebut dapat diterbitkan atau tidak. Jika naskah itu tidak dikembalikan maka
berpeluang naskah tersebut akan diterbitkan. Kemudian penerbit membuat surat
pemberitahuan kepada penulis bahwa naskah tersebut akan diterbitkan dan
sekaligus meminta :
a.
Softcopy naskah lengkap
b.
Meminta penulis atau kelompok penulis
menandatangani surat perjanjian
Selanjutnya
penerbit akan pasif menunggu sampai naskah softcopy itu dikirm oleh penulis.
Setelah softcopy naskah lengkap sudah diterima penerbit, maka penerbit akan
memproses naskah tersebut dimulai :
1). Mengedit naskah tersebut, meskipun sudah
diedit penulis/ tim penulis dari segi bahasanya.
2). Disetting mengenai ukuran buku, ada
hiasannya atau tidak, tebalnya berapa halaman, fontnya pakai apa dan sekaligus
secara paralel ada tim dari penerbit
yang membuat cover buku (didesain sesuai target marketnya).
3). Dicetak satu seperti buku yang seakan-akan akan
diterbitkan yang disebut naskah proof/dummy. Naskah tersebut dikirim
kepada penulis untuk dikoreksi akhir, supaya tidak ada kesalahan yang fatal
jika nanti di cetak secara masif.
Pertanyaanya
boleh tidak naskah ini (sudah proof) diubah secara total?
Ya
boleh-boleh saja, tetapi akan memakan waktu yang lebih lama buku itu akan
diterbitkan. Padahal kadang-kadang sudah dinanti oleh calon pembaca untuk
membelinya. Oleh karena itu kalau mengirimkan naskah yang sudah jadi dan
dipertimbangkan masak-masak. Karena sudah diedit, disetting dan diberi cover
ini akan menyulitkan penerbit.
4). Setelah naskah dummy dikoreksi dan
dicorat-coret/diberi coretan dikembalikan kepada penerbit. Dari dasar coretan
atau koreksi itu, maka penerbit segera melakukan koreksi di komputer. Setelah
dikoreksi seperti kemauan penulis kemudian dibuat film. Film ini selanjutnya
akan ditempelkan ke dalam plan/plat cetak untuk dicetak lembar demi lembar bukan
satu halaman yang dalam istilah percetakan dikenal dengan nama kateren,
satu kateren bisa 8 halaman, 16 halaman atau 32 halaman. Kemudian dilipat
dengan menggunakan mesin lipat, dipotong dan dibending.
Apa yang diperoleh
penulis? Ada beberpa indikator penulis itu
berhasil atau tidak :
a. Jika
penulis itu berhasil, maka akan mendapatkan kepuasan karena buku itu bermanfaat
bagi orang lain.
b. Mulai
terkenal, reputasinya dikenal oleh siswa, oleh guru dimana-mana. Website-nya
banyak dikunjungi, banyak orang yang bertanya padanya dan yang lain. Tetapi
jika tidak ada apa-apa berarti buku itu tidak laku/ tidak dibaca.
c. Kariernya
meningkat, biasanya ada surat keterangan dari penerbit bahwa guru tersebut
sudah menulis buku dengan ISBN untuk kenaikan pangkat.
d. Indikator
yang paling nyata adalah royalti, semakin besar berarti semakin laku dan
berhasil. Jangan merasa puas hanya menulis buku sampai terbit dicetak dan
dipajang di toko buku tetapi harus laku di pasaran agar penerbit juga tidak
ikut dirugikan.
Indikator buku itu
sukses atau tidak sebenarnya sudah kelihatan saat penilaian. Buku itu sukses
dan diterbitkan bukan dari editorial (hanya 10%), reputasi penulis juga hanya
10%. Yang paling besar adalah peluang potensi pasar dan keilmuannya (kesesuaian
dengan kurikulum dan silabus). Jadi buku yang sukses adalah buku yang laku atau
pasarnya besar.
Ciri-ciri
buku yang pasarnya besar atau sukses bisa dilihat dari :
1. Tema
populer dan penulis populer, ini pasti sukses atau pasarnya besar masuk kuadran
kanan atas.
2. Tema
tidak populer dan penulis populer, sukses tetapi hanya setengah sukses.
3. Tema
populer dan penulis tidak populer masuk dalam kuadran kanan bawah. Untuk
penulis pemula bisa memilih tema yang populer dan dibutuhkan oleh masyarakat.
4. Tema
tidak populer dan penulis tidak populer, pasti akan ditolak.
Cara mengecek tema
itu populer atau tidak dan dibutuhkan atau tidak bisa dicari melalui google
trand. Ketik tema dan disana akan kelihatan grafiknya. Apakah cenderung
naik, cenderung turun atau stag atau stag tapi di level atas artinya pasarnya
stabil atau semakin turun. Kalau semakin turun biasanya penerbit akan
mempertimbangkan untuk menerbitkan buku-buku yang tidak ada tran-nya sama
sekali. Yang dicermati dalam grafik tersebut apakah ada peluang dan sampai
kapan (orientasi waktunya).
Untuk setiap
kuadran pasti ada reputasi penulis dan temanya. Reputasi penulis dilihat dari google
scholer atau google cendikia. Dari sini akan kelihatan penulis sudah
punya atau menulis berapa buku dan jurnal, karya-karyanya sudah banyak dibaca
atau tidak dilihat, sudah banyak dikutip orang atau belum baik dalam negeri
maupun luar negeri. Sedangkan untuk guru dilihat apakah guru tersebut pernah
menulis buku atau belum, trackrecord-nya bagaimana, mengajar mapel apa saja,
pendidikannya, komunitasnya bagaimana, blognya bagus atau tidak dan yang lain. Khusus
untuk guru tidak harus dengan google scholer/google cendikia.
Sedangkan untuk
proses penerbitan tidak lepas dengan jumlah cetak. Jumlah cetak dalam
penerbitan buku dikenak dengan istilah oplah. Semakin tinggi atau
semakin banyak oplah akan semakin bagus dan ini sangat tergantung buku tersebut
masuk dikuadran yang mana.
1. Market
lebar, lifecycle panjang
Buku-buku yang paling disukai pembaca
atau pasar, bersifat umum dan digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Misalnya buku-buku ensiklopedia.
2. Market
sempit, lifecycle panjang
Buku-buku ini hanya digunakan oleh
kalangan tertentu, tetapi akan laku sepanjang masa. Sehingga penerbit tidak
akan rugi. Misalnya buku-buku tentang ilmu murni (Matematika dasar, kimia dasar
dan fisika dasar) karena ilmunya tidak berubah.
3. Market
lebar, lifecycle pendek
Buku ini sangat tergantung dengan
perkembangan, pada masanya buku ini banyak dicari tetapi waktu kegunaannya
tidak panjang. Misalnya buku-buku informatika, komputer. Buku ini harus selalu
diupdate dan direvisi softcopy-nya, sedangkan yang sudah dicetak dimusnahkan
untuk mengurangi biaya gudang.
4. Market
sempit, lifecycle pendek
Buku-buku yang hanya memuat
berita-berita mingguan apalagi berita harian maka tidak akan diterima oleh
penerbit.
Bagaimana dengan konsistensi gaya
selingkung?
Gaya selingkung adalah gaya dalam pengutipan
dan penulisan daftar pustaka atau tata cara penulisan menurut penerbit, dimana
setiap penerbit memberlakukan gaya yang berlainan. Tetapi pada dasarnya
penerbit tidak akan menolak gaya selingkung tertentu atau semuanya bisa
diterima asalkan gaya selingkungnya konsisten. Jika awalnya menggunakan APA
maka di akhir juga harus APA. Tapi jika tidak konsisten biasanya editor akan
membetulkan dengan meminta persetujuan penulis.
Naskah yang masuk ke penerbit hanya
sekitar 10% diterima, dan selebihnya ditolak. Ada beberapa model kerjasama
antara penerbit dengan penulis :
1.
Model reguler
Naskah
yang diterima belum tentu diterbitkan tergantung penerbit, dan naskah yang
ditolak biasanya menurut penerbit naskah itu tidak mepunyai pasar.
2.
Kerjasama dengan lembaga
Kerjasama
ini dilakukan antara penerbit dengan lembaga dan ketika sudah ada MoU maka
penerbit tidak bisa menolak meskipun langkahnya menjadi penjang mulai dari
editing, mencetak sampai diterima pasar. Dan memang harus ada lembaga yang
menaunginya.
3.
Kerjasama dengan pribadi
Jika
penulis ingin menerbitkan bukunya dan ingin menjual sendiri, sementara dia
tidak mempunyai lembaga maka dia dapat melakukan kerjasama dengan penerbit.
4.
Program proliterasi
Jika penulis
memaksa untuk tetap menerbit bukunya, bisa memanfaatkan program proliterasi.
Caranya penulis menyediakan dana 10 juta untuk satu judul buku (bisa 1 orang, 2
orang, 5 orang atau 10 orang) untuk biaya operasional penerbitan bukunya.
“Bila kau bukan anak raja dan juga bukan
anak ulama besar, maka menulislah supaya hidupmu lebih mulia untuk sesama.”
(Imam Al-Ghozali)
Agus
Purwadi
SMPN
4 Ponjong
Comments
Post a Comment